Proses belajar bagi anak-anak dan orang dewasa tidak sama. Belajar bagi anak-anak bersifat untuk mengumpulkan pengetahuan sebanyak-banyaknya. Sedangkan bagi orang dewasa lebih menekankan untuk apa ia belajar.
Konsep diri pada seorang anak adalah bahwa dirinya tergantung pada orang lain. Ketika ia beranjak menuju dewasa, ketergantungan kepada orang lain mulai berkurang dan ia merasa dapat mengambil keputusan sendiri. Selanjutnya sebagai orang dewasa, ia memandang dirinya sudah mampu sepenuhnya mengatur diri sendiri.
Dalam proses pembelajaran orang dewasa (andragogi), ia menghendaki kemandirian dan tidak mau diperlakukan seperti anak-anak, misalnya ia diberi ceramah oleh orang lain tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Apabila orang dewasa dibawa pada situasi belajar yang memperlakukan dirinya dengan penuh penghargaan, maka ia akan melakukan proses belajar dengan penuh penghargaan pula. Ia akan melakukan proses belajar dengan pelibatan dirinya secara mendalam. Situasi tersebut menunjukkan orang dewasa mempunyai kemauan sendiri untuk belajar. Oleh sebab itu perlu diketahui cara-cara yang efektif untuk pembelajaran orang dewasa.
Ada ptinsip-prinsip khusus yang menjadi ciri pembelajaran orang dewasa sebagai pendekatan yang dapat digunakan agar pembelajaran tersebut dapat membuahkan hasil yang diharapkan. Guru/tutor andragogi seharusnya dapat memahami prinisp-prinsip tersebut. Jane Vella, penulis buku "Learning to Listen, Learning to Teach" menjelaskan adanya 12 prinsip dalam pembelejaran orang dewasa sebagai berikut:
1) Needs Assesment (menilai kebutuhan)
Guru harus memahami bervariasinya peserta didik dengan latar belakang yang berbeda-beda. Jika guru mengajar dengan manganggap bahwa mereka mereka memiliki kesatuan latar belakang dan kebutuhan, maka pembelajaran orang dewasa akan sulit untuk berjalan dengan baik. Pertanyaan khusus yang mungkin menjadi acuan dalam aspek ini adalah sebagaimana dikemukakan oleh Thoman Hutchinson (1978) yang dikenal dengan "WWW question" (Who needs What as defined by Whom?). "Who" adalah pertanyaan yang mengarah kepada para pembelajar sebagai orang yang membutuhkan layanan, "What" merupakan pertanyaan yang mengarah kepada kebutuhan apa yang harus dipenuhi, sedangkan "Whom" sebagai pertanyaan yang langsung kepada orang yang menjadi penentu pemenuhan kebutuhan dalam pembelajaran orang dewasa tersebut.
Jadi berkenaan dengan kebutuhan dalam pembelajaran orang dewasa, tiga aspek yang harus ada adalah (1) pembelajar sebagai orang yang memiliki kepentingan; (2) hal-hal yang dapat menjadi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan mereka; dan (3) orang yang dapat memberikan pelayanan dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
2) Safety in the environment and the process
Tingkat keamanan dan kenyamanan merupakan prinsip yang dihubungkan dengan respek para pembelajaran sebagai pembuat keputusan dalam menentukan pembelajaran mereka, akan tetapi semua itu membutuhkan konotasi. Artinya bahwa desain tugas pembelajaran, atmosfir ruang belajar, dan kelompok belajar serta materi pembelajarannya diarahkan agar para pembelajaran dapat mengalami sendiri hal-hal yang dapat bekerja bagi mereka.
Untuk menciptakan keamanan dan kenyamanan dalam pembelajaran orang dewasa ada beberapa hal yang harus disiapkan: (1) kepercayaan terhadap kompetensi dari desain dan guru; (2) kepercayaan terhadap fesibilitas dan relevansi tujuan pembelajaran; (3) kelompok belajar dibiarkan unuk menemukan hasratnya dalam menciptakan keamanan belajar; (4) kepercayaan terhadap tahapan aktivitas pembelajaran yang dibangun secara nyaman; (5) realisasi bahwa lingkungan merupakan penjamin keamanan yang bersifat non-jugdemental.
3) Sounf Relationships
Prinsip ini meliputi respek, keamanan, kemunikasi yang terbuka, mendengarkan dan kerendahan hati. Zohar (1997) menyatakan prinsip ini dengan nama dialogue sebagai defivasi dari kata "dia"+"logos", dia berarti media/jalan yang dilalui; logos berarti persaudaraan. Dia mengajarkan bahwa dialog merupakan alat sentral dalam berpikir quantum.
4) Sequence and Reinforcement
Skuens dan reinforcement merupakan hal yang sangat penting meski kadang banyak dilupakan. Prinsip ini menegaskan diperlukannya proses yang bertahap dari hal yang paling mudah menuju kepada tingkat yang paling sulit, bukan sebaliknya, sebab akan berakibat fatal bagi para pembelajar.
Sequence berarti pemrograman pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam urutan yang berlangsung dari hal yang sederhana hingga ke tingkat yang kompleks dengan dukungan dari kelompok atau pribadi.
Reinforcement berarti pengulangan fakta, kemampuan dan sikap dalam beragam bentuk dan cara yang menarik. Perancangan reinforcement dalam pembelajaran orang dewasa adalah tugas guru. Meski pembelajar orang dewasa dapat melakukannya sendiri melalui penguatan kerja praktis dan pembelajaran, dan desain pembelajaran.
5) Praxis
Praksis merupakan kata Yunani yang berarti "berbuat dengan refleksi". Ada sedikit perbedaan di kalangan pendidik dalam pembelajaran orang dewasa mengenai apa saja yang harus dikembangkan: konsep, keterampilan atau sikap. Praksis dikakukan dengan cara membangun refleksi. Sebagaimana kita maklumi ada dua macam pembelajan, induktif dan deduktif. Induktif dari yang khusus kepada yang umum, sedangkan pembeljaran deduktif bergerak dari prinsip umum kepada kondisi tertentu yang lebih khusus. Praksis dapat digunakan dalam mengajar pengetahuan, keterampilan dan sikap para pembelajar yang kemudian mereka refleksikan dalam kehidupan sehari-hari.
6) Respect for Learners as Decision Makers
Respek terhadap para pembelajar orang dewasa sebagai pembuat keputusan merupakan prinsip pengakuan bahwa orang dewasa adalah mereka yang mementukan keputusan dalam menciptakan sebagian besar kehidupannya . Orang dewasa yang sehat, menginginkan diri menjadi subjek atau pengambil keputusan dan menolak untuk diperlakukan sebagai objek sebagai orang yang dapat dimanfaatkan oleh orang lain.
7) Ideas, Feeling, Actions
Pembelajaran dengan memanfaatkan pikiran, emosi, emosi dan memperhatikan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor merupakan prinsip penting dalam pembelajaran orang dewasa. Ketika formalitas belajar di perguruan tinggi yang dilakukan tanpa menyertakan refleksi, pembelajar dewasa akan mendapatkan kesulitan dalam belajarnya yang berakibat dengan frustasi dan keputusasaan.
Dengan memanfaatkan prinsip bahwa ada tiga aspek penting dalam pembelajaran: ide (sebagai fondamen pembelajaran kognitif), feeling (sebagai dasar pembelajaran afektif) dan action (sebagai dasar psikomotor) merupakan cara yang mencegah ketakutan tersebut dalam pembelajaran orang dewasa.
8) Immediecy
Riset menganjurkan bahwa dalam pembelajar dewasa membutuhkan pelajaran baru yang dapat dimanfaatkan langsung secepatnya: kemampuan, pengetahuan dan sikap mereka. Mereka tidak mau membuang-buang waktu untuk waktu yang lama dalam belajar.
9) Clear Role
Prinsip lain yang penting dari pembelajaran orang dewasa dalah pengukan dampak peran yang jelas dalam kemunikasi antar pembelajar dan guru. Paula Freire menyatakan: "only the student can name the moment of the death of the professor". Artinya, guru asyik berdialog dengan pembelajar dewasa, tetapi jika peserta didik melihat gurunya dengan profesor dimana tidak ada kemungkinan perselisihan, pertanyaan, tantangan, maka dialog tersebut mati tenggelam dalam lautan. Pelajar dewasa membutuhkan penguatan tentang keadilan sebagai manusia yang diberlakukan dalam kedudukan pelajar dan guru dan antarsesama pelajar.
10) Teamwork
Teamwork merupakan prinsip sekaligus sebagai proses dalam pembelajaran orang dewasa. Tim menjamin kaulitas safety yang efektif dan berguna. Jaminan safety dalam kelompok belajar terbukti akan selalu diterima.
11) Engagement
Prinsip ini merupakan hal vital dalam pembelajaran dengan sistem belajar bersama. Dengan prinsip ini, tugas-tugas belajar memberikan dorongan kepada peserta didik untuk terlibat secara aktif dengan isu-isu strategis organisasi mereka sendiri di tengah-tengah masyarakat.
12) Accountability
Akuntabilitas merupakan satu prinsip terpenting dalam pembelajaran orang dewasa. Siapa yang harus akuntabel untuk orang lain? Pertama, desain pembelajaran harus akuntabel untuk pembelajar. Kedua, pembelajar adalah tim yang kauntabel bagi koleganya dan untuk gurunya.
Sumber:
Jane Vella (2002), Learning to Listen Learning to Teach: The Power of Dialogue in Education Adults, San Francisco, Jossey-Bass.
http://www.edu-articles.com/pembelajaran-orang-dewasa/
Illustrasi: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglGKqYnoAKD2QR9Ap4EXqoJUEmjW1Je9B0lcgbdEo4r4KYH88lapGUGnyg7jyqPy1xTRH-04N4GqbaGY8GAIUlYPvKXAJ1xE7dyDKjZC3vsWIEBevf_Ab6bwHdwR00_a3o6jHwURPnOtE/s320/dg4bjxd_515d2f84ncm_b.jpg