Minggu, 25 Mei 2014

Agama Kunci Kebaikan Manusia

Bicara manusia, Tuhan telah memilih dan menentukan orang-orang yang mendapatkan gelar dengan kualitas terbaik atau manusia pilihan. Mereka adalah orang-orang dengan kualitas yang sangat baik, baik secara lahiriyah maupun bathiniyahnya. Diantara mereka adalah manusia yang diangkat menjadi Nabi, Rasul, auliya, ulama dan asatid. Mereka adalah gambaran dari pribadi yang digambarkan oleh sebagai orang yang memahami agama secara paripurna.
Akhir-akhir ini kita banyak disuguhi berita tentang aib yang mencedrai para tokoh yang dikenal sebagai para ustad. Celaan dan cercaan pun berdatangan, meski di sisi lain ada juga yang membela. Pantaskah seorang ustads yang ngarti agama berbuat seperti demikian? Demikianlah pernyataan yang sering keluar dari mulut orang-orang.

Gambaran Manusia Terbaik

Dalam sebuah hadis yang sangat terkenal, Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّيْنِ

"Barangsiapa yang Allah kehendaki baik, maka akan dipahamnkan dalam agama".
Hadis di atas menegaskan bahwa mampu memahami agama adalah peran Allah. Sebuah kekuataan yang hanya dimiliki oleh Allah semata. Dengan demikian, manusia manapun tidak akan pernah mendapatkan pemahaman yang paripurna tentang agama, kecuali atas kehendak Allah SWT.
Hadis tersebut juga menegaskan bahwa orang yang dikehendaki sebagai orang mampu memahami agama secara paripurna adalah mereka yang akan mendapatkan gelar manusia terbaik. Dan semua itu adalah didasarkan atas kehendak Allah, Allahlah yang memberikan gelar ulama, kyai, ustad dan sebagainya sebagai gelar kemuliaan, bukan karena julukan yang diberikan oleh masyarakat tertentu. Manusia yang dikehendaki menjadi baik menurut Allah, kemudian akan dianugerahkan pemahaman yang sempurna dalam bidang agama.
Secara umum agama mencakup kepada tiga aspek pokok dan utama, yaitu:
  • Aspek Keimanan
    Aspek ini merupakan dasar asasi dalam ajaran agama. Keimanan merupakan elemen yang sangat penting dan menjadi penentu utama kebaikan dan kebenaran beragama. Agama tanpa keimanan adalah bohong belaka. Aktivitas agama, atau semua aktivitas yang mengatasnamakan agama tanpa keimanan hasilnya adalah nihil.
    Islam mengajarkan bahwa seseorang akan diangkat dari siksa api neraka, jika di dalamnya terdapat keimanan kepada Allah, meski hanya sebesar zarrah. Artinya, keimanan adalah penentu keselamatan seseorang di kehidupan yang akan datang.
    Dalam hadis lain dikatakan bahwa "barangsiapa akhir ucapannya (ketika sakaratul maut) adalah kalimat "lailaha illallah", maka ia akan masuk surga". Sementara dalam hadis lain dijelaskan bahwa orangtua memiliki kewajiban kepada anaknya untuk mengajarkan kalimat "tauhid", yaitu kalimat "la ilaha illallah". Demikian pula, ketika kita mendengar berita kematian yang terbaik diucapkan adalah penekanan terhadap keimanan dengan beristirja', yaitu ucapan inna lillahi wa inna ilaihi rajiun (kita milik Allah dan hanya kepada-Nya kita akan kembali).
    Inti dari aspek keimanan adalah kepercayaan bahwa Tuhan ada, dan senantiasa mengetahui apapun yang kita lakukan. Semua datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah.
  • Aspek Ibadah
    Aspek ini adalah perwujudan nyata dari keimanan dalam bentuk perilaku, perbuatan, kegiatan dan aktivitas menyembah Tuhan dengan penuh keikhlasan. Dalam bahasa agama sering disebut ritual keagamaan. Aktivitas keagamaan ini mencakup perbuatan-perbuatan dengan kategori: wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram.
    Ibadah merupakan ciri khas yang membedakan antara orang yang beragama. Masing-masing agama memiliki ritual dan cara beribadah yang berbeda, misalnya bagi umat Islam adalah kewajiban shalat lima waktu, puasa ramadhan, zakat, dan naik hati.
    Jika keimanan merupakan aktivitas hati, maka ritual peribadatan merupakan aktivitas lahiriyah lisan dan perbuatan. Namun demikian, ritual tidaklah memiliki nilai apapun jika tidak diiringi dengan aktivitas hati, maka dalam setiap peribadatan membutuhkan dasar keimanan yang terhujam kuat, itulah yang disebut dengan ikhlas.
    Ibadah yang ikhlas adalah ibadah yang disandarkan atas dasar keimanan kepada Tuhan, tidak digantungkan kepada makhluk lainnya.
  • Aspek Akhlak
    Aspek akhlak merupakan penyempurna dalam rangka menjaga keindahan beriman dan beribadah. Aspek ini biasanya berupaka aktivitas lahiriyah dan bathiniyah yang berupa aktivitas memperbanyak perbuatan positif dan menghindarkan dari aktivitas negatif.
    Aspek akhlak merupakan aktivitas hati yang mendukung dan memperkuat keimanan, misalnya husnu zhan, istiqamah, zuhud, syukur, tawadhu' dan sebagainya. Sedangkan dalam mendukung aktivitas peribadatan diantaranya adalah khusu', khudhu', dan sebagainya.
    Secara umum ada berbagai akhlak: akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap sesama manusia, akhlak terhadap lingkungan.
Ketiganya haruslah berjalan beriringan dan berbarengan, agar memiliki nilai. Dan nilai inilah yang disebut dengan nama "khair" dalam pandangan Allah dan agama merupakan agama yang kaffah (paripurna). Keimanan seseorang haruslah mampu mengakar pada setiap kegiatan ritual keagamaan dan perilaku (akhlak), sehingga ibadah dan akhlaknya memiliki dasar "lillah".
Demikianlah gambaran manusia paripurna yang dikehendaki Allah sebagai orang yang mendapatkan kebaikan, yaitu mereka yang mampu menjalankan semua sendi-sendi agama secara berbarengan. Dengan demikian, tidak akan ditemukan karakteristik palsu: "shalatnya rajin, hajinya beberapa kali, rajin sadaqah, tetapi suka menipu, korupsi dan sebagainya.

Agama adalah Hidayah

Pemahaman paripurna terhadap agama sebagaimana dijelaskan dalam hadis di atas, adalah atas dasar kehendak Allah. Hal tersebut karena agama merupakah salah satu hidayah Allah, dan hidayah Allah hanya akan diberikan kepada mereka yang dikehendaki-Nya. Itulah mengapa, meskipun kita selalu menjalankan ibadah wajib dan sunnah serta berperilaku baik harus tetap memohon hidayah kepada-Nya.
Faktanya, seringkali orang tidak pernah lalai dalam menunaikan kewajiban, dan senantiasa berbudi pekerti baik, tatapi kemudian dia kalah ketika bertempur dengan dunia. Banyak mereka yang melakukan korupsi adalah orang-orang yang shalatnya rajin, ibadah hajinya beberapa kali, rajin membantu anak yatim.
Pertanyaannya, kenapa hal tersebut terjadi? Jawabnya karena Islamnya belum paripurna. Dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa seseorang muslim yang mencuri atau berzina, maka imannya hilang dari dalam hatinya. Jadi, intinya keimanan. Inilah yang seringkali tidak terjaga. Orang bisa saja rajin shalat karena ada yang mengingatkan, tahajud karena ada alarm, tetapi keadaan hati siapa yang dapat menjaga. Karenanya, Allah menggariskan sebuah do'a di dalam al-Qur'an yang artinya:

رَبَّنَا لاَتُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً

"Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami setelah Engkau memberikan memberikan petunjuk kepada kami, dan berikanlah kami kasih sayang dari sisi-Mu".

Kamis, 22 Mei 2014

Memilih Sekolah, Menyelamatkan Anak

Terjadinya berbagai kasus negatif di lingkungan sekolah, baik karena sesama siswa ataupun karena oknum-oknum guru, mengharuskan para orangtua untuk berpikir keras mencari sekolah mana yang mamberikan jaminan bagi keamanan, keselamatan dan kenyamanan anaknya. Dalam faktanya, bahwa sekolah mewah dengan pengamanan yang sangat ketat tetap saja memiliki celah-celah yang memungkinkan terjadinya gangguan bagi anak-anak baik secara fisik maupun mental.
Berbagai kasus-kasus yang mencoreng nama baik pendidikan yang terjadi di sekolah akhir-akhir ini sering kita dengar dan saksikan pada berita di televisi maupun di surat kabar. Kalau kita berpikiran sempit, sepertinya sudah tidak ada lagi yang dapat dipercaya.

Akar Masalahnya Apa? Kenapa Semua Itu Terjadi?

Sekolah adalah wadah dimana para siswa muda dan remaja menimba ilmu. Di tempat yang disebut dengan sekolah itulah mereka seharusnya belajar ilmu pengetahuan dan memahami cara bergaul yang baik. Sekolah merupakan tempat dimana di dalamnya berjalan sistem, aturan, budaya dan iklim keilmuan dan peradaban.
Setidaknya terdapat tiga aspek yang menjadi ciri sebuah sistem pembelajaran sekolah yang perlu dikritisi:
  • Aspek Ilmu Pengetahuan
    Tidak dapat disangkal bahwa sekolah merupakan kawah candradimuka bagi para muridnya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Dengan masuk dunia sekolah, orangtua mengharapkan bahwa anaknya mendapatkan pengajaran, pembimbingan dan pembinaan dalam mengembangkan kemampuan anaknya untuk menguasai ilmu pengetahuan.
    Dengan aspek inilah, sekolah berlomba-lomba dengan meningkatkan sarana dan prasarana yang mendukung pengembangan ilmu pengetahuan, menambah ruang laboratorium, membuat bengkel, dan perpustakaan yang lebih lengkap. Semuanya dilakukan agar siswanya dapat dengan mudah mengakses ilmu pengetahuan. Bahkan di sekolah-sekolah yang boleh dibilang berkembang dan maju disediakan layanan internet secara gratis bagi seluruh siswanya.
    Secara keseluruhan sekolah di negara kita mengarah ke tujuan ini. Kurikulum, strategi, model pembelajaran dan fasilitas yang ada di sekolah diarahkan agar siswa mampu memperoleh sebanyak-banyaknya ilmu pengetahuan. Pembelajaranpun sudah banyak yang didesain dengan memanfaatkan teknologi mutakhir. Menghadirkan internet di ruang kelas, menyampaikan materi dengan tampilan yang menarik melalui power point dan sejenisnya.
    Konsekuensinya, di masa depan sekolah yang tidak mampu mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran akan mulai ditinggalkan. Demikian pula, guru yang gagap teknologi akan mulai tersisihkan dan tertinggal oleh guru-guru baru yang melek teknologi bahkan yang mahir.
  • Aspek Mental dan Budi Pekerti
    Sekolah selayaknya menjadi tempat dimana siswanya dibina dan dididik menjadi pribadi-pribadi yang bermental dan berbudi pekerti baik, menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, dan saling menghargai. Di sekolah, para siswa datang dari berbagai tingkatan strata masyarakat. Mereka bergabung dalam satu kelas, saling mengenal, berinteraksi dan menjalin hubungan satu sama lainnya.



    Budi pekerti dan perilaku baik memiliki perbedaan dengan ilmu pengetahuan. Kalau ilmu pengetahuan dan teknologi bersifat "tanpa nilai", maka pengetahuan mental dan budi pekerti sangat sarat dengan nilai. Karenanya, sekolah berkewajiban bukan hanya melahirkan lulusan yang berkualitas secara otak, tetapi juga berkualitas secara mental dan etika.
    Hingga saat ini, bahkan kurikulum yang terbarupun dari model yang dicanangkan oleh pemerintah masih belum menyentuh secara komprehensif aspek ini. Hal itu terjadi, karena di sekolah-sekolah pendidikan mental dan budi pekerti telah diramu menjadi materi ilmu pengetahuan. Akibatnya, mental dan kepribadian budi pekerti memiliki porsi yang sama dengan porsi ilmu pengetahuan lainnya. Maka lahirnya dualisme pengetahuan, dan ini telah ditanamkan dan dikembangkan di sekolah, yaitu ada ilmu umum dan ilmu etika (untuk menunjukkan pendidikan mental dan kepribadian).
    Ironisnya, semua siswa diberikan materi tentang mental dan kepribadian, tentang nilai-nilai baik dan menjauhi nilai-nilai buruk dalam kehidupan, namun cukup hanya catatan seperti halnya mereka mencatat teori ilmu pengetahuan. Di sekolah mereka mempelajari bagaimana berkata jujur, pulang ke rumah para siswa mulai berbohong kepada orangtuanya, kepada temannya dan lainnya.
  • Aspek Agama
    Meskipun sekolah bukanlah pesantren atau masjid, majelis taklim dan sejenisnya yang bertugas menyebarkan siar agama, akan tetapi sekolah juga memiliki kewajiban untuk membina, mengembangkan, mendidik dan mengarahkan rasa keberagamaan siswanya. Dan untuk itu dibutuhkan bukan hanya sekedar teori tentang keagamaan, akan tetapi juga sekolah harus mampu menampilkan siar-siar keagamaan di sekolah, tentunya dengan model yang cocok untuk usia siswanya.
    Selama ini, di sekolah termasuk juga madrasah menyediakan akses terhadap pemahaman keagamaan dengan sangat terbatas. Pemahaman yang sempit tentang siar keagamaan di kalangan pengelola sekolah, mengakibatkan fasilitas keagamaan di sekolah nyaris susah ditemukan. Akibatnya, seringkali sekolah kehilangan nuasa agama. Cukup hanya dengan satu rumah ibadah, beberapa eksemplar kitab suci sekolah dibantu oleh guru agama (yang rata-rata sudah tua) pendidikan agama di sekolah dipandang telah memadai. Kondisi tersebut mengakibatkan terserabutnya udara keberagamaan di lingkungan sekolah.
Pembelajaran di sekolah seharusnya mampu mengintegrasikan keduanya dalam pembelajaran. Materi apapun yang disampaikan kepada siswa harus mencakup pula materi pembinaan mental dan kepribadian. Dengan demikian, tidak akan ada lagi dualisme antara ilmu pengetahuan dengan etika.
Ketika seorang siswa mempelajari suatu teori tentang matematika, maka ia juga harus mampu memahami aspek etis dari teori tersebut, sehingga ia mampu menerapkannya dalam kehidupan dengan tidak hanya memegang aturan teori ilmiah, akan tetapi juga mengikuti aturan-aturan etis dan agama.
Ketika seorang siswa belajar tentang teori ekonomi, maka ia juga harus memahami nilai etis dari materi tersebut, sehingga ia mampu menjadi pelaku ekonomi yang benar-benar memiliki mental dan kepribadian yang terpuji. Tidak hanya sekedar mengikuti teori ekonomi, akan tetapi juga senantiasa memperhatikan aturan-aturan etis dan keagamaan.

Sekolah yang Menyelamatkan, Seperti Apa?

Mencari sekolah yang mampu mendidik, membina dan mengembangkan aspek keilmuan, etika dan agama siswanya masih banyak ditemukan di negeri ini, hanya kitalah yang harus jeli untuk memilihnya. Sedikit perubahan orientasi dan pandangan tentang sekolah, bahwa "semakin lengkap fasilitas sekolah adalah lebih baik bagi anak kita", itu harus dirubah.
Setidaknya ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh orangtua untuk mendapatkan sekolah yang benar-benar mampu putra-putrinya:
  • sekolah yang menyelamatkan adalah sekolah yang mampu menyeimbangkan antara porsi ilmu pengetahuan, etika dan nilai agama dalam pembelajaran;
  • sekolah yang menyelamatkan adalah sekolah yang memiliki sistem penilaian dan pengawasan yang seimbang antara kognitif, afektif dan psikomotorik siswanya;
  • sekolah yang menyelamatkan adalah sekolah yang tidak berorientasi kepada uang (bisnis pendidikan)

  • sekolah yang menyelamatkan adalah sekolah yang dikelola oleh orang-orang yang jujur dan benar, secara jujur dan benar pula

  • sekolah yang menyelamatkan adalah sekolah yang memiliki aturan-aturan berkaitan dengan etika dan agama;

  • sekolah yang menyelamatkan adalah sekolah yang mampu mengajarkan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir untuk kepentingan etika dan agama.

Refleksi

Jalan keselamatan generasi harus diawali dengan niat yang baik. Adalah hal yang sangat tidak pantas ketika kita menyekolahkan putra-putri kita karena orientasi sesaat kita yang bersifat duniawi dan fana. Karena awalilah niat kita menyekolahkan anak karena Allah (Islam: setiap muslim wajib menuntut ilmu), dan carilah sekolah dimana di dalamnya nama Allah senantiasa disebut-sebut. Sekolah yang agamis akan lebih baik, karena di sekolah itu Tuhan dihadirkan untuk melimpahkan rahmat-Nya kepada guru, siswa dan semua orang yang ada di sekolah tersebut.

Selasa, 20 Mei 2014

Selamatkan Manusia Melalui Pendidikan Tauhid

Pendidikan Islam memiliki pandangan sendiri yang secara eklusif memberikan, mengarahkan dan membina para pendidik dan peserta didiknya untuk bersama-sama mencapai tujuan inti, yaitu tauhid. Inti pendidikan ini adalah keniscayaan yang tidak boleh ditinggalkan dalam setiap sendi pendidikan. Tauhid, adalah jiwa dan ruh sebenarnya dari pendidikan Islam. Dengan demikian, dimana tauhid ditanamkan, disirami dan dipelihara, maka pendidikan akanpun akan terpelihara.
Dunia pendidikan bukan sekedar bagaimana menciptakan anak didik yang cerdas dan berbudi. Ada landasan yang harus ditanamkan secara awal dari sebuah pendidikan yaitu keyakinan terhadap Tuhan. Jika dasar ini tidak ada, maka keduanya menjadi tidak bermakna. Apalah artinya kecerdasan tanpa keimanan, banyak yang otaknya hebat akan tetapi tidak memiliki iman berujung dengan keputusasaan atas apa yang diraih oleh otaknya. Apa pulalah artinya berbudi jika tidak didasarkan atas keimanan, karena akhirnya akan berujung kepada penciptaan perilaku semu dan kamuflase.
Perbedaan dari keduanya adalah, bahwa kecerdasan dan budi pekerti lahir dari proses pemahaman. Sedangkan tauhid telah ada sebelum manusia memahami apa itu mengerti, memahami dan melakukan kecerdasan dan budi.

Kapan Manusia Belajar Tauhid?

Manusia telah mendapatkan pengajaran tauhid sejak dirinya masih berada dalam alam arwah sebelum dia menempati tubuh secara fisik di dalam rahim ibunya. Ingatlah, ketika Tuhan bertanya kepada ruh manusia: "bukankah aku ini Tuhanmu?" maka ruh itu menjawab: "betul, kami bersaksi (bahwa Engkau adalah Tuhan kami)". Dengan demikian, tauhid adalah pendidikan pertama dan utama yang dicontohkan oleh Allah.
Perjalanan hidup manusia setelah bersinggungan dengan dunia, kemudian sedikit sedikit telah merubah paradigma itu. Manusia terpengaruhi oleh budaya sehingga lahirlah budi, manusia bersentuhan dengan gejala alam sehingga lahirlah ilmu pengetahuan dan pemikiran. Sejalan dengan perkembangan fisik, logika dan kemampuan melihat, mendengar, dan memikirkan kemudian manusia berubah menjadi satu-satunya makhluk Tuhan yang mampu mempelajari, memahami dan menguasai apa yang dilihatnya.
Namun, kadang manusia lupa bahwa semua potensi itu dimiliki karena Tuhan sudah menyatakan lulus pada pengajaran pertama tentang pengakuan atas Allah sebagai Tuhannya. Jika pada waktu itu manusia menolak mengakui Allah sebagai Tuhannya, maka tak akan pernah ia dimasukkan ke dalam jasad di dalam rahim ibunya dan itulah seringkali tidak disadari.

Bagaimana Merealisasikan Ajaran Tauhidullah?

Dalam kehidupan kita diperkenalkan dengan pengetahuan. Dalam kehidupan juga, manusia mempelajari dan memahami berbagai perilaku dan budi pekerti. Dari kedua interaksi ini, maka lahirlah manusia cerdas yang berbudaya (al-hayawan nathiq).
Adalah hal yang sangat menentukan kenapa manusia berkembang melesat melebihi makhluk-makhluk Tuhan lainnya karena adalah potensi ketiga, yaitu nafsu. Tuhan menciptakan nafsu sebagai penghias fisik manusia. Setiap fisik manusia akan memiliki potensi nafsu ini. Manusia seting marah, mengeluh, rindu, bingung, hasrat dan keinginan, serta perasaan lainnya. Darinyalah lahirlah motivasi dan dorongan agar manusia mempu menempuh jalan hidupnya.
Walhasil, manusia diberikan tiga potensi besar: akal, hati dan nafsu. Ketiganya bekerja dengan bidang masing-masing dan saling bersinggungan satu sama lainnya. Itulah yang menyebabkan manusia mendapatkan posisi yang mulia dibandingkan makhluk lainnya di dunia ini. Ketiganya berjalan beriringan, saling tarik menarik dan saling mempengaruhi. Dari pengaruh itu lahirnya berbagai tipe manusia:
  • manusia yang dominan akalnya mengalahkan hati dan nafsunya. Tipe ini menjadikannya sebagai hamba pengetahuan. Apapaun yang tidak didasarkan atas penerimaan logika adalah salah dan kemustahilan.
  • manusia yang hatinya dominan mengalahkan akal dan nafsunya. Tipe orang ini memandang bahwa perasaan adalah adalah segalanya. Meskipun logis, kalau itu tidak sejalan dengan perasaan maka akan salah.
  • manusia yang nafsunya mengalahkan akal dan hatinya. Tipe ini adalah tipe manusia paling rendah, dimana ia memandang bahwa hidup ini adalah untuk memuaskan nafsunya belaka.
  • manusia yang akal dan nafsunya mengalahkan hatinya. Tipe ini adalah tipe manusia cerdas yang dengan pengetahuannya akan berusaha untuk memuaskan nafsunya.
  • manusia yang hati dan nafsunya mengalahkan logika. Tipe ini manusia ini adalah tipe akan bahwa perasaan adalah segalanya.
  • manusia yang logika dan hatinya mengalahkan nafsunya. Tipe ini adalah tipe manusia ideal, yang dalam bahasa al-Qur'an dijanjikan dengan surga.
Satu hal yang tak dapat dipungkiri, bahwa nafsu hanya akan kalah dan mampu jinak jika manusia mampu menggabungkan hati dan logikanya (dzikir dan fikir) secara sejalan untuk menekan pergerakkan nafsunya. Untuk merealisasikan keduanya, maka Allah melanjutkan pelajaran/pendidikannya kepada manusia berupa langkah-langkah real:
  • syukur
    Pengajaran ini mengajak manusia agar mampu menekan nafsu sombong manusia, dan menyadari bahwa segala sesuatu yang dimiliki manusia pada hakikatnya adalah milik Allah. Pengajaran tentang syukur mengarahkan manusia agar mampu menyadari perannya sebagai manusia yang bebas dan hamba Tuhan. Ia boleh mendapatkan kelebihan, kemenangan, kehebatan dan kesuksesan, akan tetapi harus sadar bahwa semua itu tidaklah datang begitu saja tanpa campur tangan Tuhan atas apa yang dialaminya.
  • Sabar
    Pengajaran ini mengarahkan manusia untuk mampu mengendalikan nafsu kekesalan, kekecewaan, marah, bingung dan rasa memberontak. Pengajaran tentang sabar menegaskan kepada manusia bahwa logika tidak selamanya berjalan sesuai apa yang diinginkannya. Dalam kehidupan ini seringkali permainan logika menghasilkan kenyataan yang berlawanan. Dalam al-Qur'an, biasanya Tuhan sedang menguji sejauh mana kemampuan hati seseorang menghadapi keabsurdan logika. Ketika logika gagal berperan, biasanya nafsu memuncak dan menariknya. Untuk menyelamatkan dan mmebersihkannya, maka hatilah yang harus berperan menjadi penengah.
    Dalam kenyataannya, banyak orang yang mampu bersyukur tapi tidak mampu untuk bersabar. Kesabaran berugas menyeleksi sikap syukur murni dan syukur yang kamuflase. Ingatlah ketika Ayub, Nabi yang senantiasa bersyukur karena mendapatkan banyak kesuksesan, maka Allah mencobanya. Karena kesabarannyalah ia mampu melewati semua ujiannya. Maka sikap sabar inilah yang menjadikannya ia sebagai hamba Allah yang paling sabar.
    Jika dengan bersyukur Allah akan menambahkan nikmatnya, maka dengan bersabar Allah akan mengembalikan kejayaannya dengan tanpa hitungan (tidak lagi bicara soal bertambah dan berkurang).
  • Ikhlas
    Landasan paling utama dari semua perilaku manusia adalah kemurniannya. Untuk menjadi seorang hamba yang bersyukur membutuhkan dasar, demikian pula untuk menjadi hamba yang sabar membutuhkan pilar tempat bertaut, itulah ikhlas.
    Ikhlas menjadikan manusia bebas dari segala ketergantungan atas apapun, kecuali karena Allah. Ikhlas juga menjadikan manusia mampu mencapai derajat tertinggi yang mampu selamat dari berbagai kebinasaan.
    Ikhlas adalah senjata yang paling hebat dari hamba Tuhan dan rahasia Tuhan yang paling mujarab. Ikhlas hati manusia teguh dan kokoh.
Ketiganya adalah inti dari realisasi pendidikan tauhid yang diajarkan Allah kepada manusia. Adapun perilaku lainnya adalah kombinasi dari ketiganya berdasarkan porsi-porsi yang berbeda.

Kurikulum Pendidikan Tauhid. Seperti apakah?

Kurikulum pendidikan tauhid bersifat integratif dalam setiap aspek pendidikan dan pengajaran. Karena tauhid harus menjadi dasar dari segala bentuk dan model pengajaran juga berbagai jenis pendidikan. Pendidikan tauhid juga harus menjadi core dari semua materi yang disampaikan dan diajarkan, sehingga mampu memberikan warna yang tegas bahwa apa yang didapat oleh manusia, dikembangkan, diinovasi, diciptakan kembali pada hakikatnya adalah penggambaran sikap tauhidullah. Al-Quran menggambarkan sikap ini dengan sebutan "hanif".
Kurikulum "hanif" adalah kurikulum yang abadi sepanjang sejarah umat manusia yang lulus uji dan digunakan oleh manusia-manusia pilihan Tuhan dari kalangan para Nabi dan Rasul-Nya. Dengan kurikulum inilah, manusia mampu terbebas dari berbagai degradasi dan kehancuran. Kurikulum "hanif" adalah kurikulum super yang telah dirancang oleh Tuhan bagi kelestarian dan keselamatan umat manusia. Dan kehancuran umat manusia terdahulu dikarenakan mereka lebih memilih untuk melepaskan diri dari kurikulum ini dengan memilih dan menciptakan kurikulum sendiri yang didasarkan atas kemampuan logika dan fikir manusia.
Selagi umat manusia mampu mempertahankan core kurikulum ini dalam kurikulum versi manusia, maka akan mampu bertahan dengan zaman. Tetapi sebaliknya, ketika manusia telah berani melepaskannya, maka tidak akan ada kurikulum pendidikan apapun yang mampu bertahan dalam waktu yang lama, seperti hancurnya umat-umat manusia yang telah musnah karena kezaliman dirinya sendiri akibat meninggalkan kurikulum yang telah dirancang Tuhan.

Refleksi

Setiap saat kita sering mendengar berbagai kasus yang membuat kita menahan nafas, mengusap dada, dan bertanya-tanya. Apakah yang salah dengan dunia pendidikan kita? Seringkali pula kita disuguhi berita yang mengekspos orang-orang cerdas, berbudi, baik terjebak dalam kasus-kasus bernoda dan nista. Apa yang salah dengan kecerdasan mereka?
Itu semua karena sistem pendidikan kita lebih mementingkan aspek logika dan nafsu, dibanding membekali hati peserta didiknya dengan sikap "hanif" dan bertauhid. Kita senang belajar tentang manusia masa lalu yang telah hancur, tetapi kita tidak enggan mengatakan bahwa kehancuran mereka karena mereka berani meninggalkan tatanan yang telah digariskan oleh Allah. Bukankah apa yang terjadi sekarang juga, terjadi persis pada masa umat terdahulu?
Lalu kenapa kita masih bertanya bahwa "kurikulum" hanif, pendidikan tauhid sudah tidak trend?

Jumat, 09 Mei 2014

MENGEMBANGKAN RASA BERMASYAKARAT PADA ANAK

Bagian I
Usia 0 sampai 3 Tahun
Pada tahun-tahun pertama, anak-anak akan terus-menerus memberikan tanggapan terhadap lingkungan mereka, menghargai perbedaan dan menunjukkan minat. Menanggapi sentuhan dan ekspresi wajah dari orang dewasa, menikmati digelitik dan dipeluk juga mendapatkan perasaan yang berbeda-beda dan semua aktifitas yang menambah kegembiraan dalam mencari tahu tentang dunia ini. Selama fase ini, mengajak bicara bayi merupakan hal yang penting, dalam rangka berbagi informasi dan menggambarkan apa yang mereka lihat, mengajukan pertanyaan dan memberitahu mereka apa yang mereka pikirkan tentang orang-orang dan situasi yang berbeda. Misalnya: “Dede mencintai Bibi Jess kan?, dia selalu memberimu pelukan” dan “Lihatlah bebek! Bukankah itu indah ketika mereka berenang di atas air?”
Membiarkan anak-anak mendapatkan kesempatan untuk melihat tempat-tempat baru di luar lingkungan terdekat mereka akan menghasilkan stimulus penting: kunjungan ke taman atau sekedar duduk dan menonton dunia melalui jendela merupakan langkah baik untuk membantu bayi melihat orang-orang dan hal-hal di luar lingkungan sekitar mereka. Semua itu membantu anak-anak terlibat dengan lingkungan mereka dan mulai mengembangkan rasa komunitas (rasa bermasyarakat).
Ketika masuk usia 8 bulan, anak-anak semakin dapat mengerti bahwa gerakan dan suara mereka memiliki efek pada orang lain. Mereka mampu menunjukkan minat mereka dalam kegiatan dan manfaat dari orang lain menghargai responnya. Mereka juga mendapat manfaat dari isyarat emosional yang diberikan oleh orang dewasa yang menunjukkan bagaimana mereka memberikan tanggapan terhadap situasi asing yang mencemaskan atau menyenangkan. Ketika mereka mulai merangkak (sekitar 6 bulan ) dan berjalan kaki (sekitar 12 bulan) mereka akan sering mengalihkan penglihatannya kepada pengasuh, melihat-lihat mainan baru, kegiatan atau teman bermain baru. Referensi sosial ini mendukung anak ketika mereka mencoba pengalaman baru (Berger, 2000).
Sebuah contoh umum yang banyak dijumpai pada waktu makan, orang tua membuat suara ketika makan, menunjukkan kepada mereka bahwa makanan akan terasa lezat, memukul bibir mereka dan berpura-pura untuk mencoba mencicipinya.



Sejak usia 16-26 bulan, anak mampu mulai membedakan antara diri mereka sendiri dan orang lain dan menghargai bahwa mereka mirip atau berbeda dengan orang-orang di sekitar mereka (Lindon , 1993; DCSF , 2008a) . Selama waktu ini, sangatlah tepat untuk membantu mereka terbiasa dengan perbedaan melalui gambar, buku, foto, atau mempertemukan mereka dengan anak-anak lain seusianya. Memperkenalkan citra positif tentang orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda, etnis dan kelompok yang berbeda akan membantu mempromosikan rasa anti-bias dan merupakan pendekatan pembelajaran dalam mengembangkan skap non-diskriminatif.
Sejak 22 bulan sampai usia 3 tahun, anak-anak sedang masa-masanya mengembangkan banyak rasa yang sangat kuat tentang masyarakat termasuk menghargai keanggotaan atau pengaturan dalam keluarga mereka. Masa ini merupakan waktu yang penting untuk berbicara dengan anak-anak tentang orang-orang khusus dalam hidup mereka dan pada masa inilah mereka akan menikmati mengumpulkan gambar dan foto teman-teman, anggota keluarga atau hewan peliharaan. Masa ini merupakan waktu yang penting untuk mengamati bagaimana anak-anak pada usia ini menunjukkan kasih sayang kepada orang-orang khusus dalam hidup mereka dan mendukung mereka ketika mereka menunjukkan kepeduliannya kepada orang lain. Piaget mencatat bahwa anak-anak pada usia ini melihat segala hal dari sudut pandang mereka sendiri dan akan mengalami kesulitan ketika harus melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. (Piaget dan Inhelder, 1969). Sebagian besar percakapan mereka bersifat egosentris, meskipun beberapa pembicaraan mereka juga mengarah kepada komunikasi sosial (Thomas , 2005).
Vygotsky menyatkan bahwa pembicaraan bersifat egosentris tersebut merupakan alat yang penting dalam mencari dan merencanakan solusi terhadap masalah yang dihadapi oleh anak, bukan menjadi iringan sederhana atau aktifitas 'sound track' semata (Vygotsky , 1962). Selman (1980) menyarankan bahwa perspektif seorang anak akan cenderung egosentris hingga mencapai usia 6 tahun dan menjadi lebih sosial-informasi sejak 6-8 tahun.

Sabtu, 01 Februari 2014

5 Lagu Dipercaya Dapat Memanggil Hantu

Ke lima lagu ini sering dianggap sebagai lagu pemanggil makhluk halus. Konon katanya jika lagu ini didendangkan, maka manusia yang sudah mati seakan-akan hidup kembali. Nah, penasarankan, lagu apa saja ? Berikut ulasannya.

1. Lingsir Wengi

Lagu Lingsir Wengi ini dipercaya oleh sebagian orang jawa dapat memanggil kuntilanak. Namun, anehnya tidak ada yang mengetahui siapa yang menciptakan lagu ini. Lau Lingsir Wengi ini dinyanyikan secara turun-temurun oleh masyarakat jawa. Konon katanya, lirik lagu Lingsir Wengi ini mengandung arti untuk memanggil makhluk halus. Seperti ini lah liriknya.
Lingsir Wengi sliramu tumeking sirno
Ojo tangi nggonmu guling
awas jo ngetoro
aku lagi bang wingo-wingo
jin setan kang tak utusi
dadyo sebarang
wojo lelayu sebet


Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, lirik tersebut memiliki arti sebagai berikut.
Menjelang malam, dirimu (bayangmu) mulai sirna
jangan terbangun dari tidurmu
awas, jang terlihat (memperlihatkan diri)
aku sedang gelisah
jin setan ku perintahkan
jadilah apapun juga,
namun jangan membawa maut


Ini lah bagian lirik yang dianggap memiliki arti sebagai pemanggil jin dan setan. Lagu ini dinyanyikan dengan nada khas masyarakat jawa, yaitu seperti nada sinden. Jika lagu ini dinyanyikan memang dapat membuat bulu kuduk merinding. Hiii …

2. Malam Satu Suro


Satu suro adalah hari pertama dalam kalender jawa di bulan Sura atau Suro yang bertepatan dengan 1 muhararam dalam kalender Hijjriah. Satu suro biasanya di peringati pada malam hari setelah magrib, karena pergantian hari jawa dimulai saat matahari terbenam, bukan saat tengah malam.

Satu suro dianggap sebagai hari kramat bagi masyarakat jawa, sebagian masyarakat jawa biasanya dilarang keluar rumah saat malam satu suro, karena malam itu adalah malam keramat. Oleh karena itu, masyarakat jawa menganggap lagu malam satu suro sebagai lagu yang berbau mistik.

Padahal lirik lagu tersebut tak mempunyai kata-kata yang menyeramkan, tapi masyarakat jawa tetap saja mempercayainya sebagai lagu pemanggil makhluk halus. Seperti ini dia liriknya.

Malam ini
sunyi sepi
ku terlena
dalam mimpi
kau tersenyum
kedamaian


Liriknya biasa saja kan? Tapi harus hati-hati loh jika ingin mendengarkan lagunya.

3. Nina Bobo


Dikisahkan ada seorang anak perempuan yang bernama Nina yang berdarah Indonesia, sedangkan Belanda yang bernama Helenina Mustika Van Rodjnik. Nina ini meninggal pada saat berumur empat tahun, sedang kan lagu NINA BOBOini diciptakan oleh ibu Nina untuk menghibur Nina disaat ia menangis.

Namun, setelah Nina meninggal, ibunya selalu menyanyikan lagu ini dan sampai akhirnya Nina kembali ke rumahnya. Begitulah cerita asal mula munculnya lagu NINA BOBO ini. Liriknya seperti ini.

Nina bobo oh nina bobo
kalau tidak bobo digigit nyamuk


Lirik ini juga dapat diartikan seperti berikut.




Tidurlah sayang, adikku manis
kalau tidak tidur nanti digigit nyamuk


Tapi, cerita ini tak dapat dipercaya sepenuhnya, semua tergantung dari orang yang mau mempercayainya atau tidak.

4. Mantra Jelangkung


Jelangkung merupakan sebuah permainan yang bermaksud untuk memanggil makhluk halus. Orang-orang sering memainkan permainan ini hanya untuk bertemu dan bertanya akan sesuatu hal yang ingin mereka ketahui.

Namun, untuk memainkan permainan ini harus menggunakan mantra, seperti yang berikut ini.

Jelangkung jelangsat
Di sini ada pesta
Pesta kecil-kecilan
Jelangkung jelangsat
Datang tidak diundang
Pergi tidak diantar


Seperti itulah liriknya. Banyak orang yang mempercayai bahwa permainan ini benar-benar dapat memanggil setan. Berani mencoba ?

5. Misteri Lagu Takdir


Konon katanya, Misteri Lagu Takdir ini bisa memanggil hantu yang bernama Lita. Jika kamu mendengarkan lagu ini ditengah malam, secara tiba-tiba akan berubah tingkah lakunya, pikiran menjadi kosong, serta dapat kerasukan.

Kularutkan ke malam sunyi
Kusandarkan ke hari yang hitam
Ku masih terpaku

Tlah ku panggil angin malam
Ku harapkan kan dihempas
namun semua sia-sia kau telah pergi

Reff:
Ketika malam datang
Ku tak bisa melihatmu
Ketika pagi datang
Ku tak bisa menyentuhmu
kau telah pergi ……..

Memang salahku tak pernah tau
tentang isi hatimu
namun sekarang kau tutup mata untuk selamanya


Itu lah lirik dari lagu tersebut. Katanya di awal dan diakhir lagu tersebut terdapat bunyi dengkingan. Bunyi dengkingan tersebut dianggap dapat membuat hantu datang. Disaat bunyi dengkingan tersebut maka akan terdengar suara aneh, seperti jejak kaki, suara ketukan pintu, suara benda jatuh dari atas, dan masih banyak lagi. Jadi kamu harus berhati-hati saat mendengarkan lagu yang satu ini.

SUMBER
Forum Merdeka

Senin, 20 Januari 2014

Beasiswa Nusantara Cerdas Bank BRI

Beasiswa Nusantara Cerdas Bank BRI – Institut Pertanian Bogor

Program Beasiswa Nusantara Cerdas – Bank BRI kembali membuka pendaftaran bagi mahasiswa berprestasi dengan kategori dari daerah 3T (Terpencil, Terdepan dan Terluar “Indonesia wilayah Timur” ) dan “UN Terbaik”. Adapun persyaratannya sebagai berikut :

  1. Mahasiswa S1 Angkatan 49
  2. Mendownload formulir pendaftaran Program Beasiswa Unggulan disini
  3. Mengisi daftar online di http://bit.ly/bricerdas2012
  4. Nilai rata-rata UN Minimal 6,00
  5. Fotocopy Kartu Tanda Mahasiswa
  6. Fotocopy KTP
  7. Fotocopy Kartu Keluarga
  8. Fotocopy Ijazah
  9. Fotocopy Nilai UN
  10. Fotocopy Slip Gaji Orang Tua atau Surat Keterangan Tidak Mampu dari Kelurahan
  11. Fotocopy Sertifikat-sertifikat (jika ada)
  12. Melampirkan foto diri (jika bisa) dengan latar belakang rumah, ruang tamu, tempat tidur dan dapur (4 buah)
  13. Semua Jurusan di IPB
  14. Pengumpulan Berkas Terakhir 28 Januari 2014 Di Loket Beasiswa Gedung Andi Hakim Nasoetion Lantai 1
  15. Hanya untuk mahasiswa yang berasal dari Indonesia wilayah Timur, daftar Indonesia wilayah Timur sebagai berikut :
    • Daerah Sulawesi Selatan
    • Daerah Minahassa
    • Daerah Kepulauan Sangihe dan Talaud
    • Daerah Sulawesi Utara
    • Daerah Sulawesi Tengah
    • Daerah Bali
    • Daerah Lombok
    • Daerah Sumbawa
    • Daerah Flores
    • Daerah Sumba
    • Daerah Timor dan kepulauan
    • Daerah Maluku Selatan
    • Daerah Maluku Utara

Fasilitas beasiswa yang akan didapat adalah Biaya Pendidikan selama 4 tahun (8 semester), biaya hidup, biaya buku, biaya pengembangan diri, laptop dll. Jika memungkinkan akan mendapat prioritas untuk bekerja di cabang Bank BRI sesuai dengan domisili asal.





Beasiswa Nusantara Cerdas Bank BRI – Universitas Indonesia

Program Beasiswa Nusantara Cerdas – BRI bagi mahasiswa yang berasal dari daerah 3T (Terpencil, Terdepan, dan Terluar). Beasiswa ini diperuntukkan bagi mahasiswa Program Sarjana (S1) Reguler Angkatan 2012/ semester 3. Adapun kelengkapan berkas yang harus dilengkapi sebagai berikut :

  1. mengisi formulir beasiswa Universitas Indonesia
  2. mengisi formulir pendaftaran Program Beasiswa Nusantara Cerdas-BRI
  3. melampirkan foto diri dengan berlatar belakang rumah, ruang tamu, tempat tidur, dan dapur (4 buah foto berwarna)
  4. transkrip nilai
  5. surat pernyataan bukan perokok aktif
  6. slip gaji orang tua
  7. fotokopi kartu mahasiswa
  8. fotokopi kartu keluarga.

Selanjutnya, kami mohon agar semua kelengkapan berkas beasiswa Beasiswa Nusantara Cerdas-Bank BRI dikumpulkan ke Manajer / Koordinator Kemahasiswaan Fakultas masing – masing paling lambat tanggal 20 Januari 2014.

Demikian penawaran beasiswa ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya kami mengucapkan terima kasih.


SUMBER
scholarshipsbank.com

Sabtu, 04 Januari 2014

Optimalisasi Lingkungan Sebagai Media Pembelajaran

Ada banyak ragam dan jenis media pembelajaran, dari media pembelajaran yang sederhana dan murah hingga media pembelajaran yang canggih dan mahal. Mulai dari media rakitan pabrik hingga buatan tangan para guru itu sendiri, bahkan ada pula yang telah disediakan oleh alam alam sekitar yang dapat langsung digunakan sebagai media pembelajaran yang dikenal dengan lingkungan.
Penggunaan media dalam pembelajaran memberikan manfaat yang sangat besar dalam meningkatkan kemampuan dan menunjang kualitas pembelajaran. Semakin banyak media yang digunakan dalam pembelajaran, maka akan semakin memberikan pemahaman yang paripurna bagi siswa. Tentu saja, media yang dimaksud adalah media yang benar-benar sesuai dengan tujuan dan target pembelajaran yang akan dicapai.
Di lapangan, seringkali guru menemukan kebingungan media apa yang akan digunakan dalam menunjang penyampaian materi pada mata pelajaran tertentu. Kebingungan tersebut ditambah dengan tidak adanya kreatifitas untuk menciptakan media sendiri, sehingga seringkali sangat tergantung dengan media yang telah dibuat oleh orang lain yang harus ditebusnya dengan biaya sementara sekolah hanya memiliki anggaran yang sangat terbatas untuk itu. Karenanya, kreatif dalam menentukan dan memilih media pembelajaran merupakan keniscayaan bagi seorang guru. Salah satu cara yang paling mudah dan murah adalah dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran.
Begitu banyaknya lingkungan disekitar kita yang dapat digunakan sebagai media alat peraga tanpa perlu biaya mahal. Beberapa benda dilingkungan kita dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar, baik yang dimanfaatkan secara langsung (by utility resources), ataupun yang dirancang terlebih dahulu (by design resources) dan dapat pula dengan cara rekayasa media.

Lingkungan Sebagai Sumber Belajar

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), lingkungan diartikan sebgai bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian yang terlingkung di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris peristilahan lingkungan ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle, area, surroundings, sphere, domain, range, dan environment, yang artinya kurang lebih berkaitan dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling.
Dalam literatur lain disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia. Lingkungan yang ada di sekitar anak- anak kita merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Jumlah sumber belajar yang tersedia di lingkungan ini tidaklah terbatas, sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk kepentingan pendidikan. Sumber belajar lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan anak karena mereka belajar tidak terbatas oleh empat dinding kelas, Selain itu kebenarannya lebih akurat, sebab anak dapat mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca inderanya untuk berkomunikasi dengan lingkungan tersebut. Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik bagi anak sebab lingkungan menyediakan sumber belajar yang sangat beragam dan banyak pilihan. Kegemaran belajar sejak usia dini merupakan modal dasar yang sangat diperlukan dalam rangka penyiapan masyarakat belajar (learning society) dan sumber daya manusia di masa mendatang. Begitu banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber belajar dalam pendidikan, bahkan hampir semua tema kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan. Namun demikian diperlukan adanya kreativitas dan jiwa inovatif dari para guru untuk dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Jika pada saat belajar di kelas anak diperkenalkan oleh guru mengenai tanaman padi, dengan memanfaatkan lingkungan persawahan, anak akan dapat memperoleh pengalaman yang lebih banyak lagi.
Dalam pemanfaatan lingkungan tersebut guru dapat membawa kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan di dalam ruangan kelas ke alam terbuka dalam hal ini lingkungan. Namun jika guru menceritakan kisah tersebut di dalam ruangan kelas, nuansa yang terjadi di dalam kelas tidak akan sealamiah seperti halnya jika guru mengajak anak untuk memanfaatkan lingkungan. Artinya belajar tidak hanya terjadi di ruangan kelas namun juga di luar ruangan kelas dalam hal ini lingkungan sebagai sumber belajar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, keterampilan sosial, budaya, perkembangan emosional serta intelektual.
Anak-anak belajar melalui interaksi langsung dengan benda-benda atau ide-ide. Lingkungan menawarkan kepada guru kesempatan untuk menguatkan kembali konsep-konsep seperti warna, angka, bentuk dan ukuran.Memanfaatkan lingkungan pada dasarnya adalah menjelaskan konsep-konsep tertentu secara alami. Konsep warna yang diketahui dan dipahami anak di dalam kelas tentunya akan semakin nyata apabila guru mengarahkan anak-anak untuk melihat konsep warna secara nyata yang ada pada lingkungan sekitar.

Manfaat Lingkungan Bagi Pembelajaran

Memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran memiliki banyak keuntungan. Beberapa keuntungan tersebut antara lain:
  • Menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di lingkungan,
  • Memberikan pengalaman yang riil kepada siswa, pelajaran menjadi lebih konkrit, tidak verbalistik,
  • Karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan siswa, maka benda-benda tersebut akan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Hal ini juga sesuai dengan konsep pembelajaran kontekstual (contextual learning),
  • Pelajaran lebih aplikatif, materi belajar yang diperoleh siswa melalui media lingkungan kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan langsung, karena siswa akan sering menemui benda-benda atau peristiwa serupa dalam kehidupannya sehari-hari,
  • Media lingkungan memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Dengan media lingkungan, siswa dapat berinteraksi secara langsung dengan benda, lokasi atau peristiwa sesungguhnya secara alamiah,
  • Lebih komunikatif, sebab benda dan peristiwa yang ada di lingkungan siswa biasanya mudah dicerna oleh siswa, dibandingkan dengan media yang dikemas (didesain).
Beberapa keuntungan memanfaatkan lingkungan sebagai media dan sumber belajar lainnya antara lain:
  • Lingkungan secara alami mendorong anak untuk berinteraksi dengan anak-anak yang lain bahkan dengan orang-orang dewasa
  • Anak-anak dapat membangun keterampilan sosialnya ketika mereka membuat perjanjian dengan temantemannya.
Dengan memahami berbagai keuntungan tersebut, seharusnya kita dapat tergugah untuk memanfaatkan semaksimal mungkin lingkungan di sekitar kita untuk menunjang kegiatan pembelajaran kita. Lingkungan kita menyimpan berbagai jenis sumber dan media belajar yang hampir tak terbatas. Lingkungan dapat kita manfaatkan sebagai sumber belajar untuk berbagai mata pelajaran. Kita tinggal memilihnya berdasarkan prinsip-prinsip atau kriteria pemilihan media dan menyesuaikannya dengan tujuan, karakteristik siswa dan topik pelajaran yang akan kita ajarkan.



Namun demikian ada sejumlah pertimbangan yang harus kita perhatikan, ketika akan memilih sumber belajar, yaitu:
  • Mengandung unsur pendidikan (nilai edukatif)
  • Praktis dan sederhana artinya mudah dalam pengaturannya.
  • Aman, nyaman dan bersih
  • Mampu mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak
  • Sesuai dengan taraf berfikir dan kemampuan anak.
Berbagai kriteria tersebut tidak kaku, tetapi penting untuk diperhatikan demi terwujudnya efektifitas dan efisiensi dari sumber belajar yang dipilih, sehingga betul-betul bermanfaat.

Rekayasa Media Pembelajaran

Media-media yang terdapat di lingkungan sekitar, ada yang berupa benda-benda atau peristiwa yang langsung dapat kita pergunakan sebagai sumber belajar. Selain itu, ada pula benda-benda tertentu yang harus kita buat terlebih dulu sebelum dapat kita pergunakan dalam pembelajaran. Media yang perlu kita buat itu biasanya berupa alat peraga sederhana dengan menggunakan bahan-bahan yang terdapat di lingkungan kita. Jika kita harus membuat media belajar semacam itu, maka ada beberapa prinsip pembuatan yang perlu kita perhatikan, yaitu:
  • Media yang dibuat harus sesuai dengan tujuan dan fungsi penggunaannya,
  • Dapat membantumemberikan pemahaman terhadap suatu konsep tertentu, terutama konsep yang abstrak,
  • Dapat mendorong kreatifitas siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bereksperimen dan bereksplorasi (menemukan sendiri),
  • Media yang dibuat harus mempertimbangkan faktor keamanan, tidak mengandung unsur yang membahayakan siswa,
  • Usahakan memenuhi unsur kebenaran substansial dan kemenarikan, 6) Media belajar hendaknya mudah dipergunakan baik oleh guru maupun siswa,
  • Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat hendaknya dipilih agar mudah diperoleh di lingkungan sekitar dengan biaya yang relatif murah,
  • Jenis media yang dibuat harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan sasaran didik.
  • Lingkungan pada umumnya memberikan tantangan untuk dilalui oleh anak-anak, sehingga mampu membina dan mengembangkan aspek kecerdasan emosional anak.
  • Pemanfaatannya akan memungkinkan anak untuk mengembangkan rasa percaya diri yang positif
  • Rasa percaya diri yang dimiliki oleh anak terhadap dirinya sendiri dan orang lain dikembangkan melalui pengalaman hidup yang nyata

Jumat, 03 Januari 2014

Big Five Personality

Para peneliti kepribadian mengajukan bahwa ada lima dimensi dasar kepribadian. Sekarang, banyak para psikologi kepribadian kepribadian mempercayai bahwa ada lima dimensi dasar kepribadian yang sering disebut "Big 5 personality Traits". Teori lama yang mendasari beberapa karakter yang mungkin, diantaranya Teori Gordon Allpots yang mendaftar sebanyak 4.000 karakter kepribadian, 16 faktor-faktor personality Raymodnd Cattell dan tiga faktor kepribadian dari teori Eysenck.
Kenyataannya, kebanyakan peneliti merasa bahwa teori Cattell terlalu kompleks, sementara teori Eysenck memiliki batasan yang sangat terbatas. Sebagai hasilnya, teori "the five-factor" merupakan gabungan dari keduanya yang menjelaskan karakteristik dasar yang menjadi elemen penting sebagai kerangka dasar pembentukan kepribadian.

Lima Dimensi Dasar Kepribadian

Sekarang, banyak para peneliti mempercayai bahwa ada lima karakter dasar kepribadian. Teori ini tumbuh dan berkembang sudah sejak 50 tahun yang lama, dimulai dengan riset yang dilakukan oleh D.W. Fiske (1949) dan pengembangan teakhir yang dilakukan oleh para peneliti mutakhir semisal Norman (1967), Smith (1967), Goldberg (1981) dan McCrae & Costa (1987).
Teori "The Big Five" menyajikan berbagai kategori dari karakteristik kepribadian. Sementara ada literatur yang signifikan dengan teori lima faktor model kepribadian, beberapa peneliti tidak selalu dengan pasti menyepakati pelabelan pada masing-masing dimensi. Meski demikian, kelima kategori tersebut secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:



  • Extraversion: Sifat ini meliputi karakteristik seperti rangsangan, sosialisasi, banyak bicara, ketegasan dan ekspresi emosional tingkat tinggi.
  • Agreebleness: dimensi kepribadian ini mencakup atribut seperti kepercayaan, altruisme, kebaikan, kasih sayang, dan perilaku prososial lainnya.
  • Conscientiousness: fitur umum dimensi ini mencakup perhatian tingkat tinggi, kontrol impuls yang baik dan perilaku yang diarahkan pada tujuan. Tingginya kesadaran mereka cenderung terorganisir dan sadar yang terinci.
  • Neuroticism: Individu dengan banyak sifat ini cenderung mengalami ketidakstabilan emosional, kecemasan, kemurungan, lekas marah, dan kesedihan.
  • Openness: Sifat ini memiliki karakteristik seperti halnya imajinasi dan wawasan, dan mereka yang banyak memiliki sifat ini juga cenderung memiliki berbagai ketertarikan.
Perlu dicatat bahwa masing-masing dari kelima yang menjadi faktor-faktor kepribadian tersebut terletak diantara bentangan dua sisi yang bertentangan. Misalnya, extraversion merepresentasikan kontinum antara ekstraversion ekstrem dengan introversion ekstrem. Dalam dunia nyata, kebanyakan orang berapa pada posisi diantara ujung dua kutub masing-masing dimensi tersebut.

Riset Big Five Personality

McCrae dan para koleganya menemukan bahwa lima besar karakter memiliki cirir-ciri yang universal. Satu studi yang dilakukan pada masyarakat di lebih dari 50 budaya yang berbeda ditemukan bahwa lima dimensi tersebut dapat secara akurat digunakan untuk menggambarkan kepribadian.
Berdasar atas penelitian ini, kebanyakan psikolog meyakini bahwa lima dimensi kepribadian tidak hanya bersifat universal, tetapi mereka juga memiliki keaslian biologis. Psikolog David Buss mengajukan bahwa penjelasan evolusi tentang kelima karakteristik kepribadian dasar, menyatakan bahwa karakter-karakteri kepribadian tersebut merepresentasikan kualitas-kualitas yang sangat penting yang membentuk gambaran kehidupan sosial kita.

Pemikiran Final

Perlu diingat bahwa behvior mencakup interaksi antara kepribadian yang dimiliki seseorang dengan variabel-variabel situasi. Situasi dimana seseorang menemukan dirinya berperan dalam aturan utama tentang personal memberikan reaksi. Bagaimanapun, dalam banyak kasus, orang-orang menyatakan respon-respon yang konsisten dengan ciri-ciri karakteristik kepribadian yang mendasarinya.
Dimensi-dimensi tersebut di atas merepresentasikan lingkup yang luas tentang kepribadian. Riset menyatakan bahwa kelompok-kelompok kepribadian bertendensi untuk berada beberapa orang secara bersamaan. Misalnya, individu-individu yang sosialis cenderung untuk aktiv berbicara. Meski demikian, karakteristik-karakteristik tersebut tidak muncul secara bersamaan. Kepribadian merupakan hal yang kompleks dan bervariasi, juga masing-masing pribadi mungkin saja menunjukkan perilaku melebihi beberapa dimensi-dimensi tersebut.

SUMBER: Kendra Cherry, The Big Five Personality Dimensions (5 Major Factors of Personality)