HYPNOTEACHING: SENI HIPNOTIS UNTUK GURU


Tujuan inti dari proses pembelajaran adalah tercapainya penguasaan kompetensi oleh siswa. Pencapaian ini memerlukan interaksi dua arah, yaitu guru dan siswa itu sendiri. Guru sebagai orang yang menjadi pusat informasi dalam pembelajaran, diharapkan mampu menyampaikan pesan-pesan pembelajaran yang dapat diserap oleh siswa secara keseluruhan dalam artian bahwa siswa dengan tingkat kemampuan terendah hingga kemampuannya luar biasa, harus benar-benar dapat menangkap pesan guru dengan sama.
Menciptakan pemahaman yang sama dari siswa dengan latar belakang yang berbeda-beda sepintas lalu memang terlihat mustahil. Namun dengan suatu upaya yang dilakukan guru hal tersebut dapat dilaksanakan, salah satunya adalah dengan teknik hypnoteaching.
Hypnoteaching secara sederhana dapat diartikikan sebagai upaya untuk menurunkan frequensi gelombang otak peserta didik sehingga mereka menjadi lebih relaks dan sugestif dalam menangkap nilai-nilai positif dari sebuah proses pengajaran.
Ada empat jenis gelombang otak manusi: Beta (12 - 38 Hz), Alpa (8 – 12 Hz), Teta (4 – 8 Hz) dan Delta (0,5 – 4 Hz). Gelombang otak yang berada pada beta, memungkinkan seseorang berada dalam kesadaran penuh dengan pikiran sadar yang sangat dominan sehingga dia mampu mengerjakan beberapa kegiatan dalam waktu yang bersamaan seperti mengendarai mobil sampil bernyanyi dan mendengarkan musik. Dalam kondisi alpha (8 - 12Hz) seseorang hanya akan terfokus untuk melakukan satu kegiatan saja, misalnya orang yang berdoa, atau bermeditasi. Sedangkan pada kondisi teta (4 - 8 Hz) seseorang dalam kondisi tidur dan bermimpi. Sedangkan pada kondisi delta (0,5 - 4 Hz) seseorang berada dalam kondisi tidur yang sangat pulas tanpa mimpi.
Hypnotis itu sendiri sering diartikan sebagai upaya mempengaruhi orang lain supaya mereka berada dalam kondisi otak yang relaks dan santai atau nyamam. Proses ini dilakukan dengan mendegradasikan gelombang otaknya menjadi turun dari Beta ke Alpha dan Teta. Manfaat yang dapat diperoleh adalah bahwa seseoang yang gelombang otaknya berada pada frekuensi alpha dan teta akan lebih cepat menangkap informasi dan langsung disimpannya dengan tanpa hambatan dalam pikiran bawah sadar yang kekuatannya 80% berbanding 20% dengan pikiran sadar. Informasi yang tersimpan tadi selanjutnya dapat membentuk prilaku. Sehingga kalau informasi yang diterimanya negatif maka prilakunya pun akan menjadi negatif.
Untuk menciptakan kondisi gelombang otak siswa berada dalam tingkatan frekuensi beta atau alpha yang diyakini paling tepat dalam pembelajaran, dibutuhkan keterampilan dan keahlian yang harus dikuasai oleh seorang guru layaknya keterampilan yang dimiliki oleh seorang ahli hypnotis. Perbedaannya adalah bahwa pada guru teknik untuk mempengaruhi otak siswa dilakukan dengan cara mengemas kata-kata/pesan-pesan pembelajaran. Dengan demikian, maka kemampuan guru dalam berbicara harus benar-benar dikuasai. Keterampilan berbicara, intonasi, pemilihan kata-kata, gerakan badan dan performa guru merupakan hal-hal yang terlaksananya pembelajaran dengan metode hypnoteaching. Tanpa semua itu, sangat mustahil siswa dapat terhipnotis.
Kekuatan kata yang keluar dari mulut guru harus benar-benar memberikan pengaruh kuat kepada siswa. Ini biasanya dilakukan dengan memberikan dorongan kuat yang positif, meniadakan kata-kata yang memiliki konotasi ‘akan’ atau ‘negasi’. Untuk mendukung hal tersebut, dibutuhkan keterampilan dalam memilih kata-kata pas bagi usia siswa itu sendiri. Selain itu, pengaturan intonasi dan tinggi rendahnya suara sangat dominan untuk memberikan pengaruh kuat terhadap tercapainya hypnoteaching. Seperti halnya seorang qari professional yang menlantunkan ayat-ayat al-Qur’an dengan suara merdu, seolah-olah kita yang mendengarnya berjalan melewati huruf demi huruf al-Qur’an itu.
Setiap guru memiliki potensi untuk dapat melakukan hypnoteaching ini, karena merupakan keterampilan yang dapat dipelajari. Untuk dapat menumbuhkan kemampuan hypnoteaching ini, maka ada beberapa langkah yang dapat dilakukan sebagai latihan, sebagai berikut:
  • Biasakan mengucapkan lafal-lafal dengan fasih. Fasih di sini adalah mengucapkan kata-kata dengan jelas. Untuk mendapatkan kondisi fasih, seperti halnya belajar makharijul huruf, kita juga harus melatih huruf demi huruf dari abjad dan mencoba menggunakannya dalam kata dan kalimat. Diawali dengan pengucapan yang lambat, agak cepat dan cepat. Apakah kejelasan dan ketegasan lafal yang kita ucapkan memiliki kefasihan yang sama atau tidak.
  • Belajar menggunakan intonasi yang bervariasi. Anggap kelas adalah tempat kita memerankan suatu tokoh dalam sebuah drama. Variasi-variasi dari intonasi kata yang keluar dari mulut kita dapat diatur sedemikian rupa. Dalam kondisi tertentu, kita menggunakan intonasi yang lebih tinggi dari biasanya, demikian pula dalam keadaan tertentu kita menggunakan intonasi yang berada di bawah standar (seperti berbisik), sehingga siswa seperti diajak berayun-ayun diantara kata-kata yang kita keluarkan. Keterampilan ini membutuhkan penjiwaan dari kita terhadap pesan itu sendiri. Untuk melatih keterampilan ini dapat dilakukan dengan cara mengucapkan naskah-naskah yang bervariasi: puisi, dongeng, dialog, narasi, syair lagu dan sebagainya.
  • Hilangkan jeda antar kata yang terlalu lama, atau penggunaan kata jeda. Seorang ahli hypnotis mampu menguraikan kata secara spontanitas tanpa ada jeda kata yang telalu lama, apalagi mengeluarkan kata-kata jeda semisal “e…”, “eh…” dan sejenisnya. Kata-kata itu keluar karena tidak adanya suatu konsep dalam pikiran kita, atau pikiran kita tidak menguasai suatu persoalan yang sedang dibicarakan. Untuk dapat menghilangkan kebiasaan tersebut dapat dilakukan dengan cara berlatih secara kontinyu. Pertama dicoba dengan menyampaikan konsep yang sederhana dan telah dikuasai, terus beranjak ke konsep yang agak rumit, hingga konsep yang paling rumit. Untuk menghilangkan kebiasaan mengucapkan kata jeda, semisal ‘e…’ dilatih dengan menggantinya dengan diam/menahan nafas sesaat… untuk selanjutnya melanjutkan pembicaraan. Terus berlatih dan berlatih, maka kebiasaan kurang baik tersebut lama-lama akan hilang dan kita dapat berbicara dengan lancar tanpa hambatan.
  • Biasakan mengatakan apa yang terlintas di dalam pikiran kita, meski tidak nyambung. Kebiasaan ini akan membantu anda untuk mampu mengucapkan ide-ide yang datang melintas. Hal ini merupakan latihan bagaimana kita dapat menyambungkan antara pikiran dengan mulut kita, seperti halnya seorang penulis mampu menyambungkan ide-ide yang terlintas di pikirannya dengan jari-jari tangannya. Dengan latihan ini, pada awalnya ketidaknyambungan ide-ide yang keluar sering terjadi, namun demikian lama-lama pikiran kita akan terbiasa dengan hal-hal yang lebih konsisten.
  • Biasakan menatap tajam objek yang diajak bicara.Tatapan mata merupakan tanda bahwa seseorang ingin menyampaikan sesuatu kepada orang yang ditujunya. Bagi sebagian orang kadang menatap orang lain terasa sangat berat, apalagi jika yang ditatap memiliki karisma yang lebih besar daripada yang menatap. Tatapan mata juga merupakan bukti keseriusan dan perhatian kita terhadap orang yang diajak berbicara. Tatapan mata pun dapat mengidentifikasi sejauhmana keseriusan orang yang kita ajak dialog, sehingga kita tidak akan kecolongan. Untuk melatih keterampilan ini, dapat dilakukan dengan melatih diri berbicara di depan cermin dengan langsung menatap mata kita.
  • Gerakan anggota badan kita secara dinamis. Gerakan badan dalam sebuah dialog menunjukkan bahwa sesuatu itu sangat penting dan dahsyat. Selain itu gerakan badan pembicara akan membantu menarik perhatian objek yang diajak dialog, sehingga memungkinan mereka menaruh perhatian penuh terhadap si pembicara. Untuk itu, maka gerakan badan si pembicara harus dinamis namun jangan berlebihan yang akan mengakibatkan buyarnya perhatian. Orang lebih banyak tertawa ketika mereka menyaksikan komedia dikarenakan gerakan yang dilakukan di komedian, hanya sebagian kecil saja orang yang tertawa karena materi ucapan guyonannya.
  • Gunakan media yang efektif. Memanfaatkan media sangat membantu agar orang yang diajak bicara mampu menangkap pesan secara lebih lengkap, ketimbang hanya pembicaraan saja. Ketika seseorang memerankan drama sebagai ‘Sang Pangeran’ akan lebih dimengerti ketika ia mengenakan pakaian ‘Sang Pangeran’ dengan pedang dan perisainya. Untuk itu, maka pemilihan media harus direncakan secara matang ketika kita akan memanfaatkan media sebagai alat menyampaikan pesan.
  • Biasakan menggunakan kata-kata yang memotivasi. Kata-kata yang mengandung konotasi memotivasi sangat membantu seseorang untuk mengikuti apa yang kita inginkan. Pemilihan kata yang tepat pun sangat diperlukan.
  • Biasakan menyampaikan pesan dengan sepenuh hati. Inilah kunci yang menentukan keberhasilan kita ketika hendak mengajak orang lain mengikuti keinginan kita. Seseorang yang menutupi ketulusan hatinya dengan kata-kata akan kurang mendapatkan respon positif dari orang yang diajaknya.
Inti dari hypnoteaching adalah seni mempengaruhi siswa agar mereka terhipnotis oleh apa yang kita perintahkan, sehingga mereka mau dan mampu menerima pesan kita dengan senang hati dan menimbulkan keinginan untuk melakukannya.

Hypnoteaching hanyalah salah satu saja dari beberapa metode yang dapat dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Karena merupakan metode dan cara, maka efektifitas dan efisiensinya sangat tergantung kepada pelaku, objek, situasi dan kondisi ketika metode ini dilaksanakan. Oleh karena itu, sebelum seorang guru memutuskan untuk menggunakan metode hypnoteaching dibutuhkan analisis terhadap semua daya dukung yang mampu mendukung terlaksanakan metode ini.
Wallahua'lam

Rujukan:
http://reeducator1.multiply.com/journal/item/18/Hypnoteaching_efektifkah
Illustrasi:
http://krishnabalagita.files.wordpress.com/2009/11/hipno.jpg