Sebentar lagi pemilihan Bupati Kabupaten Bandung digelar, mudah-mudahan dapat berlangsung dengan sukses dan aman. Itulah harapan masyarakat dari pestanya para calon pembesar di Kabupaten Bandung. Pemilihan Kepala Daerah memang merupakan amanat dan dalam rangka memelihara dan menjalankan amanat masyarakat. Masyarakat dengan segala ragam profesi, kondisi, dan kendudukannya menghendaki adanya seorang pemimpin yang mampu memjadi 'kendaraan' bagi mereka dalam menggapai cita-citanya yaitu terciptanya masyarakat Kabupaten Bandung yang 'fid dunia hasanah wa fil akhirati hasanah'.
Sekedar wacana, walau memang kurang tertarik tentang urusan politik, saya merasa ada hal yang memang dapat diberikan sebagai sumbangsih pemikiran (atau lebih tepatnya keinginan) terhadap siapa saja yang nantinya akan memimpin kabupaten tercinta ini.
Kabupaten Bandung adalah salah satu kabupaten yang menjanjikan dengan potensi alam dan sumber daya yang cukup poetensial jika dikelola dengan sebaik-baiknya. Karenanya, maka diperlukan calon pemimpin yang memang mampu memahami semuanya secara komprehensif.
Jika kita kembali kepada kisah Adam AS ketika dinobatkan sebagai khalifah. Allah SWT telah membekalinya dengan "al-asma kullaha". Kata itulah yang menjadi kekuatan dan modal dasar bagi Adam untuk menjadi pemimpin (khalifah) di muka bumi. Al-Asma merupakan simbol dari pengetahuan tentang nama-nama. Mengetahui nama berarti harus mengetahui asal-usul dan hal-ihwal dari pemilik nama itu. Kalimat "kullaha" lebih menegaskan bahwa mengetahui nama bukan hanya sekedar tahu, melainkan harus tahu secara komprehensif dan holistik. Itulah bekal pertama pemimpin ummat.
Menelusuri sejarah lahirnya 'al-asma kullaha' sebetulnya melewati beberapa fase yang memberikan gambaran apa yang seharunya dimiliki oleh pemimpin. Fase-fase tersebut tergambar dalam proses penciptaan Adam itu sendiri, yaitu: khalaqa dan ja'ala.
1) Fase Khalaqa (to create/Menciptakan)
Adam AS adalah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT dengan postur yang paling sempurna. Proses penciptaannya itu kemudian disebut "khalaqa" dan kemudian segala sesuatu yang menjadi ciptaan-Nya dikatakan makhluq. Mengambil hikmah dari kata tersebut, bahwa untuk menjadi seorang yang "allama al-asma kullaha" membutuhkan proses awal yang disebut "khalaqa" yang jika ditransformasikan ke dalam bahasa kita memiliki daya cipta atau kreatifitas.
Kreatifitas adalah kemampuan untuk menemukan sesuatu yang baru dengan memanfaatkan sumber daya yang ada, sehingga sesuatu tersebut menjadi sesuatu yang sangat berharga. Seperti halnya kemahakreatifan Allah dalam menciptakan Adam dari tanah.
Dengan memiliki daya kreatifitas tingkat tinggi (higher creativity skill) seorang pemimpin akan mampu menciptakan sesuatu yang sangat berharga bagi yang dipimpinnya. Sesuatu yang baru itu bersumber dari potensi yang ada di daerahnya.
3) Fase Ja'ala (to innovate/Menginovasi)
Term ja'ala merupakan upaya memodifikasi materi yang sudah ada agar memiliki kualitas yang lebih baik dari asalnya. Ketika Adam diciptakan, kemudian Allah menginovasinya sehingga dia pantas untuk menyandang gelar khalifah. Allah menginovasi bumi (al-ardh) dengan mengangkat di dalamnya seorang khalifah. Ada hikmah yang terkandung, bahwa bumi yang kosong, tak berpenghuni, sepi dan tak bernyawa bisa hidup dan ramai serta dinamis. Itulah yang terjadi sekarang. Kemahainovasian Allah seharunya dapat dijadikan cermin bagi calon pemimpin kabupaten Bandung ini. Bahwa di Kab. Bandung banyak aspek-aspek yang belum tersentuh dengan innovasi sehingga terbengkalai tanpa kualitas, apalagi sampai mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.
Kedua fase tersebut adalah fase bathiniyah yang seharusnya dimiliki oleh calon pemimpin yang memiliki visi untk untuk memajukan daerahnya.
Di sisi lain karakteristik kepemimpinan yang tergambar dalam al-Qur'an adalah tergambar dalam rangkaian peristiwa pengangkatan Thalut. Thalut didaulat oleh menjadi pemimpin dengan dua bekal, yaitu keluasan ilmu dan kekuatan (basthatan fil ilmi wal jismi). Dua modal dasar inilah yang menjadikannya dia mendapatkan penobatan menjadi pemimpin yang diresmikan dengan diterimanya tabut (kotak) yang dibawa oleh para malaikat.
Karakteristik pemimpin lainnya terdapat dalam kisah kepemimpinan Nabi Yusuf AS, dimana dia memiliki karunia berupa kemampuan menafsirkan mimpi. Dari sinilah seharusnya seorang pemimpin harus mampu menafsirkan mimpi-mimpi masyarakat sehingga realisasi dari mimpi tersebut tidak salah arah. Selain itu, seorang pemimpin harus mampu meramalkan pencapaian tujuan, sehingga dia dapat melakukan efektifitas kerjanya selama masa kepemimpinannya. Inilah yang digambarkan oleh kisah Yusuf dengan konsep ekonominya.
Karakteristik lainnya adalah karakteristik kepemimpinan yang digambarkan dalam kisah Nabi Sulaiman. Kemampuan Nabi Sulaiman adalah dia mampu menyatukan berbagai ras dan bangsa. Kisah Sulaiman juga menggambarkan bagaimana para pembantunya mampu menciptakan dan memanfaatkan kekuatan teknologi dan ilmu pengetahuan dalam menunjang kesuksesannya.
Yang paling puncak dari berbagai ciri kepemimpinan adalah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dengan segala kesuksesannya. Salah satu prinsip pokok dalam type kepemimpinan Nabi adalah "asysyida'u alal kuffar ruhamau bainahum".
Akhir kata, saya ingin mengutip dua do'a yang dikumandangkan oleh para pemimpin umat pada zamannya, yaitu:
1) rabbana dzalamna anfusana wa illam taghfirlana wa tarhamna lanakunanna minal khasirin
2) Subhanaka inni kuntu minadzalimin.
Mudah-mudahan ada manfaatnya!
(wallahu a'lam)
Sekedar wacana, walau memang kurang tertarik tentang urusan politik, saya merasa ada hal yang memang dapat diberikan sebagai sumbangsih pemikiran (atau lebih tepatnya keinginan) terhadap siapa saja yang nantinya akan memimpin kabupaten tercinta ini.
Kabupaten Bandung adalah salah satu kabupaten yang menjanjikan dengan potensi alam dan sumber daya yang cukup poetensial jika dikelola dengan sebaik-baiknya. Karenanya, maka diperlukan calon pemimpin yang memang mampu memahami semuanya secara komprehensif.
Jika kita kembali kepada kisah Adam AS ketika dinobatkan sebagai khalifah. Allah SWT telah membekalinya dengan "al-asma kullaha". Kata itulah yang menjadi kekuatan dan modal dasar bagi Adam untuk menjadi pemimpin (khalifah) di muka bumi. Al-Asma merupakan simbol dari pengetahuan tentang nama-nama. Mengetahui nama berarti harus mengetahui asal-usul dan hal-ihwal dari pemilik nama itu. Kalimat "kullaha" lebih menegaskan bahwa mengetahui nama bukan hanya sekedar tahu, melainkan harus tahu secara komprehensif dan holistik. Itulah bekal pertama pemimpin ummat.
Menelusuri sejarah lahirnya 'al-asma kullaha' sebetulnya melewati beberapa fase yang memberikan gambaran apa yang seharunya dimiliki oleh pemimpin. Fase-fase tersebut tergambar dalam proses penciptaan Adam itu sendiri, yaitu: khalaqa dan ja'ala.
1) Fase Khalaqa (to create/Menciptakan)
Adam AS adalah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT dengan postur yang paling sempurna. Proses penciptaannya itu kemudian disebut "khalaqa" dan kemudian segala sesuatu yang menjadi ciptaan-Nya dikatakan makhluq. Mengambil hikmah dari kata tersebut, bahwa untuk menjadi seorang yang "allama al-asma kullaha" membutuhkan proses awal yang disebut "khalaqa" yang jika ditransformasikan ke dalam bahasa kita memiliki daya cipta atau kreatifitas.
Kreatifitas adalah kemampuan untuk menemukan sesuatu yang baru dengan memanfaatkan sumber daya yang ada, sehingga sesuatu tersebut menjadi sesuatu yang sangat berharga. Seperti halnya kemahakreatifan Allah dalam menciptakan Adam dari tanah.
Dengan memiliki daya kreatifitas tingkat tinggi (higher creativity skill) seorang pemimpin akan mampu menciptakan sesuatu yang sangat berharga bagi yang dipimpinnya. Sesuatu yang baru itu bersumber dari potensi yang ada di daerahnya.
3) Fase Ja'ala (to innovate/Menginovasi)
Term ja'ala merupakan upaya memodifikasi materi yang sudah ada agar memiliki kualitas yang lebih baik dari asalnya. Ketika Adam diciptakan, kemudian Allah menginovasinya sehingga dia pantas untuk menyandang gelar khalifah. Allah menginovasi bumi (al-ardh) dengan mengangkat di dalamnya seorang khalifah. Ada hikmah yang terkandung, bahwa bumi yang kosong, tak berpenghuni, sepi dan tak bernyawa bisa hidup dan ramai serta dinamis. Itulah yang terjadi sekarang. Kemahainovasian Allah seharunya dapat dijadikan cermin bagi calon pemimpin kabupaten Bandung ini. Bahwa di Kab. Bandung banyak aspek-aspek yang belum tersentuh dengan innovasi sehingga terbengkalai tanpa kualitas, apalagi sampai mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.
Kedua fase tersebut adalah fase bathiniyah yang seharusnya dimiliki oleh calon pemimpin yang memiliki visi untk untuk memajukan daerahnya.
Di sisi lain karakteristik kepemimpinan yang tergambar dalam al-Qur'an adalah tergambar dalam rangkaian peristiwa pengangkatan Thalut. Thalut didaulat oleh menjadi pemimpin dengan dua bekal, yaitu keluasan ilmu dan kekuatan (basthatan fil ilmi wal jismi). Dua modal dasar inilah yang menjadikannya dia mendapatkan penobatan menjadi pemimpin yang diresmikan dengan diterimanya tabut (kotak) yang dibawa oleh para malaikat.
Karakteristik pemimpin lainnya terdapat dalam kisah kepemimpinan Nabi Yusuf AS, dimana dia memiliki karunia berupa kemampuan menafsirkan mimpi. Dari sinilah seharusnya seorang pemimpin harus mampu menafsirkan mimpi-mimpi masyarakat sehingga realisasi dari mimpi tersebut tidak salah arah. Selain itu, seorang pemimpin harus mampu meramalkan pencapaian tujuan, sehingga dia dapat melakukan efektifitas kerjanya selama masa kepemimpinannya. Inilah yang digambarkan oleh kisah Yusuf dengan konsep ekonominya.
Karakteristik lainnya adalah karakteristik kepemimpinan yang digambarkan dalam kisah Nabi Sulaiman. Kemampuan Nabi Sulaiman adalah dia mampu menyatukan berbagai ras dan bangsa. Kisah Sulaiman juga menggambarkan bagaimana para pembantunya mampu menciptakan dan memanfaatkan kekuatan teknologi dan ilmu pengetahuan dalam menunjang kesuksesannya.
Yang paling puncak dari berbagai ciri kepemimpinan adalah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dengan segala kesuksesannya. Salah satu prinsip pokok dalam type kepemimpinan Nabi adalah "asysyida'u alal kuffar ruhamau bainahum".
Akhir kata, saya ingin mengutip dua do'a yang dikumandangkan oleh para pemimpin umat pada zamannya, yaitu:
1) rabbana dzalamna anfusana wa illam taghfirlana wa tarhamna lanakunanna minal khasirin
2) Subhanaka inni kuntu minadzalimin.
Mudah-mudahan ada manfaatnya!
(wallahu a'lam)
