RAMADHANTAINMENT: HARUS BAGAIMANA?


Perkembangan teknologi dan komunikasi yang sangat pesat dan mampu merambah hingga ke pelosok terpencil, mampu menembus tembok-tembok dan batas-batas wilayah negara, hingga kehandalannya dalam merubah pola dan gaya hidup umat manusia, diakui atau tidak memberikan peran yang positif bagi manusia, disamping juga mengandung berbagai dampak negatif. Salah satu bentuk perkembangan itu adalah perkembangan bisnis hiburan (entertainment) dalam yang dikemas dalam kecanggihan teknologi televisi, internet, mobile phone dan sejenisnya. Mereka yang menjadi aktor-aktor utama ‘mendalangi’ bisnis tersebut dituntut untuk mampu menangkap setiap peluang yang lewat di depan mata. Salah satunya adalah moment ramadhan yang sangat diagungkan oleh umat Islam.
Berbagai paket yang disuguhkan oleh chanel televisi baik nasional maupun lokal dalam rangka menjaga kuantitas pemirsa mereka yang notebene sebagian besar adalah umat Islam. Paket-paket yang disuguhkan juga bervariasi dari mulai paket yang ringan, semisal guyonan hingga paket yang sifatnya berat semisal film-film special di bulan Ramadhan. Waktu tayangpun disiasati dengan memindahkan acara-acara pavorit pada waktu-waktu yang tidak biasa. Kalau biasanya tayangan yang menyedot pemirsa lebih banyak ditampilkan disaat orang-orang pulang dari kantor/sekolah, maka tayangan-tayangan itu sekarang berpindah ke jam di malam-malam hingga menjelang shubuh, yang notabene waktu itu biasanya adalah waktu-waktu tidak efektif.
Bagi umat Islam itu sendiri, keberadaan televisi dengan segala yang disuguhkannya sedikit memberikan andil dalam membantu mereka mengisi kegiatan ramadhannya, minimalnya untuk sekedar menjadi teman disaat makan sahur atau waktu-waktu menjelang berbuka puasa. Selain itu juga sedikit mencari rezeki dengan mengikuti kuis-kuis yang biasa ditayangkan oleh hampir semua statiun televisi.
Dengan tidak bermaksud menyinggung persaingan antara mereka pengelola bisnis hiburan televisi, ada baiknya jika tayangan yang disuguhkan khusus berkenaan dengan konsumsi umat Islam dalam mengisi ramadhan (seperti yang sering diiklankan), bukan hanya sekedar kegiatan untuk mengejar keuntungan semata. Kualitas dan mutu tayangan sudah seharusnya dipertimbangkan secara matang. Prekuensi melihat tayangan televisi di bulan Ramadhan, khususnya pada waktu-waktu tertentu meningkat secara drastis di banding pada hari-hari biasa. Misalnya tayangan menjelang maghrib, dimana umat Islam biasa memakai standar waktu berbuka dengan dikumandangkannya adzan di televisi atau di radio. Selain itu, frekuensi menonton televisi di malam hari akan meningkat pada saat umat Islam melaksanakan santap sahur.
Yang dimaksud kualitas tayangan di sini adalah mutu tayangan pada acara-acara yang disuguhkan harus mencerminkan hal-hal yang positif bukan hanya sekedar hiburan yang kosong dari makna. Paket-paket hiburan biasanya lebih berorientasi kepada tingkat kelucuan (jika tidak disebut kekonyolan) pesan yang diembannya. Seharusnya pesan yang dikemas benar-benar berasal dari konsep yang benar-benar matang. Konsep hiburan ramadhan seharusnya memberikan nuansa yang berbeda dengan konsep hiburan di luar bulan ramadhan, sehingga orang dapat menilai bahwa ini benar-benar hiburan untuk bulan ramadhan.
Sebaiknya manajemen pengelola hiburan media elektronik memiliki penasihat yang mampu memberikan masukan terhadap mutu tayangannya dilihat dari kelayakannya untuk dikonsumsi oleh umat Islam. Misalnya ditiadakannya kata-kata kotor, meniadakan ghibah, kekerasan, gurauan yang berlebihan dan sejenisnya. Salah satu yang dapat kita tiru adalah tayangan produk Negara tetangga ‘Ipin dan Upin’. Sungguh spektakuler, tayangan sederhana tentang kehidupan umat manusia apa adanya justru berhasil menyedot pemirsa yang boleh dibilang tinggi. Sudahkan kita sampai ke sana? Bercermin kepada pengalaman masa lalu, tayangan-tayangan yang dikemas dengan label ‘ramadhan’ banyak sekali yang justru nilai-nilai ramadhannya tidak ada sama sekali.
Salah satu tayangan yang paling perlu dikemasulang adalah paket ‘infotainment’ yang kebanyakannya memberikan informasi dengan tanpa fakta. Di ramadhan yang suci ini, paket tersebut seharusnya dikemas secara khusus (jika memang susah untuk ditiadakan). Pengemasan itu dilakukan pada pesan-pesan yang disampaikannya. Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah:
  • Hapurkan Gosip. Dalam bahasa agama gosif dapat disamakan dengan ghibah. Biasanya berbentuk cerita tentang aib orang lain yang disampaikan secara sengaja dan biasanya kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Apalagi jika informasi tersebut dihadapkan dengan mengijinkan atau tidaknya orang yang diinformsikan aibnya. Di bulan ramadhan, gosif dan sejenisnya harus dikemas dalam bentuk menginformasikan kesuksesan orang lain dan cara-cara bagaimana mereka meraihnya;
  • Kemas informasi perjalan hidup seseorang dari sisi yang positif. Sementara ini para host lebih seru ketika mereka menceritakan perjalanan cinta seseorang (misalnya selebritis muda). Di bulan ramadhan seharusnya harus dikemas dalam bentuk informasi tentang kisah perjalanan relijiusnya (misalnya bagaimana selebritis mempelajari dan mengenal agamanya).
  • Informasikan aktivitas-aktivitas keagamaan seseorang. Sementara ini, infotainment lebih banyak menyoroti aktivitas-aktivitas para selebritis dalam bentuk kegiatan-kegiatan kumpul-kumpul, ngerumpi, belanja ke mal, pesta ulang tahun, pesta pernikahan yang wah dan sejenisnya. Maka di bulan ramadhan, kemasan informasi tentang aktivitas-aktivitas keagamaan selebritis harus menjadi nomor wahid yang mewarnai setiap hari acara infortainment.
  • Tayangkan sequel-sequel yang nyaman di pandang mata. Ini harus diawali oleh para host yang membawakan acaranya. Kalau biasanya hanya mengenakan busana yang cenderung membuka aurat, maka di bulan ramadhan mereka diharuskan mengenakan busana yang lebih Islami. Kedua sequel yang ditayangkan harus juga menampilkan gambar-gambar yang tidak mengeksploitasi aurat, khususnya para wanita. Ini hanya dapat dilakukan jika memang informasi yang disampaikan berbicara tentang aspek-aspek relijius.
  • Biasakan menggunakan latar belakang musik yang menyampaikan pesan relijius. Musik dengan latar belakang cinta, asmara, nafsu dan kekerasan untuk bulan ramadhan (dan mudah-mudahan dapat terus dipertahankan) harus sudah diganti dengan musik-musik latar yang menyajikan pesan-pesan yang Islami.
  • Sampaikan pesan-pesan keagamaan di akhir tayangan.
Kemasan-kemasan tersebut hanyalah sebagian saja yang menurut pandangan saya perlu diperbaharui dalam dunia entertainment yang menggunakan label ‘ramadhan’. Pada intinya bahwa ramadhan adalah bulan suci umat Islam, dimana umat Islam diwajibkan bukan hanya menjaga puasanya saja agar tidak batal, tetapi juga mereka diwajibkan untuk menjaga hati mereka agar tidak tercemar hal-hal yang dapat membatalkan nilai-nilai kesucian ibadah puasa.
“kam min shaimin laisa lahu min siyamihi illal ju’ wal aths” (banyak orang yang berpuasa di bulan Ramadhan, dan tidak ada yang mereka dapat darinya kecuali rasa lapar dan dahaga).

Wallahua’lam.