عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اللَّهُمَّ اَحْيِنِىْ مِسْكِيْنًا وَأَمِتْنِىْ مِسْكِيْنًا وَاحْشُرْنِى فِىْ زُمَرَةِ اْلمَسَاكِيْنِ"
"Dari Ubadah bin al-Shamit r.a. ia berkata: Rasulullah bersabda: "Ya Allah hidupkanlah aku sebagai orang miskin, matikanlah aku sebagai orang miskin, dan kumpulkanlah aku bersama golongan orang miskin".Hadis tersebut diriwayatkan oleh al-Tirmidzi, Abu al-Faraj memasukannya sebagai hadis maudhu'at. Diluar apakah hadis tersebut merupakan hadis shahih atau bukan, kata miskin dalam hadis tersebut perlu diinterpretasikan. Yang dimaksud dengan kata miskin pada hadis tersebut berarti sikap tawadhu', orang yang takut kepada Allah. Miskin di sini bukan berarti tidak memiliki harta, karena terkadang ada orang yang tidak punya apapun ia menjadi orang yang lalim, seperti yang disabdakan Nabi:
"Ada tiga golongan, dimana Allah tidak akan menyapa kepada mereka pada hari kiamat, tidak akan disucikan, tidak akan diperhatikan dan bagi mereka disediakan siksa yang pedih: kakek-kakek yang berzina, pemimpin yang berdusta, dan orang miskin yang sombong".
Dalam hadis lain nabi bersabda:
"Saya adalah seorang hamba yang makan, seperti makannya seorang hamba. Dan aku duduk seperti duduknya seorang hamba".
Kemiskinan dalam hadis di atas diartikan sebagai karakter yang tertanam dalam jiwa, yaitu sikap tawadhu dan khusu', lemah lembut sebagai lawan dari kesombongan, seperti halnya yang dikatakan Isa a.s.: "dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka."